Rabu, 21 Februari 2018

Gubernur NTB Tuan Guru Bajang dan Tu Sop akan Isi Ceramah Maulid Akbar di Dayah Darul Ihsan

Tusop.com, Aceh Besar - Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Dr. KH. Zainul Majdi, MA atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tuan Guru Bajang (TGB) dan Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab (Tu Sop) akan mengisi tabligh akbar dalam rangka Maulid Nabi Besar Muhammad Saw di dayah Darul Ihsan Abu Hasan Krueng Kalee, Siem, Darussalam, Aceh Besar.

Kenduri maulid nabi Muhammad SAW akan dilaksanakan pada Kamis 14 Jumadil Tsani 1439 H/ 1 Maret 2018. Kemudian tabligh akbar bertemakan “Dari santri Aceh untuk Indonesia” ini akan berlangsung pada Jum’at malam (malam Sabtu) setelah Isya di komplek dayah Darul Ihsan.

Diperkirakan akan dihadiri tujuh  ribu jama’ah, yang terdiri dari santri, mahasiswa, berbagai ormas Islam dan  warga dari Aceh Besar dan Banda Aceh.



Informasi dari Ketua Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh, Tgk. M. Fadhil Rahmi, Lc yang menjadi penghubung Tu Sop dan TGB, sebelum berangkat ke Bireuen pada Sabtu siang, pada hari Jum'at TGB yang juga hafal 30 juz Alquran ini juga akan menjadi Khatib Jum’at di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Lalu, setelah Jum’at beliau akan mengisi seminar di UIN Ar-Raniry yang diselenggarakan oleh Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Ar-Raniry.

Tuan Guru Bajang adalah ulama muda yang sukses menjadi kepala pemerintahan di NTB. Namanya kian harum setelah berhasil raih capaian-capaian menggembirakan dalam menjalankan roda pemerintahan. Figur beliau dikenal luas sebagai sosok ulama. [Mustafa Woyla


sumber: http://www.darulihsanabuhasan.com/2018/02/tuan-guru-bajang-dan-tu-sop-akan-isi.html#ixzz57nVhNkAv

Selasa, 20 Februari 2018

Tuan Guru Bajang Gubernur NTB Akan Hadiri Haul Sirul Mubtadin di Bireuen



TuSop.com, Banda Aceh – Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Dr. KH. Zainul Majdi, MA atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tuan Guru Bajang (TGB) direncanakan akan menghadiri Haul yang ke-III 'Majlis Ta’lim Sirul Mubtadin' Kabupaten Bireuen yang dipimpin Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab (Tu Sop). Haul yang diselenggarakan juga dalam rangka Maulidurrasul ini diperkiarakan akan dihadiri mencapai 50 ribu Jama’ah Sirul Mubtadin yang berasal dari berbagai Kabupaten.

Dalam pembicaraan dengan admin Tusop.com, Tu Sop mengatakan saat ini panitia Haul sudah bersiap-siap menyambut kehadiran ulama muda dari NTB ini yang dikenal secara luas sukses dalam menjalankan roda pemerintahan di NTB.

Direncanakan, Haul akan berlangsung pada Hari Minggu tanggal 4 Maret 2018 di Lapangan Blang Asan, Matang Geulumpang Dua Kabupaten Bireuen. TGB sendiri, direncanakan insya Allah akan mendarat di Banda Aceh pada  pagi Jum’at tanggal 2 Maret 2018.
Foto TGB diambil dari internet

Informasi dari Ketua Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh, Tgk. M. Fadhil Rahmi, Lc yang menjadi penghubung Tu Sop dan TGB, sebelum berangkat ke Bireuen pada Sabtu siang, pada hari Jum'at TGB yang juga hafal 30 juz Alquran ini juga akan menjadi Khatib Jum’at di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Lalu, setelah Jum’at beliau akan mengisi seminar di UIN Ar-Raniry yang diselenggarakan oleh Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Ar-Raniry.

Sementara itu, informasi dari Tgk Mustafa Husen Woyla, pada Jum’at malam (malam Sabtu), TGB bersama Tu Sop akan diduetkan untuk mengisi dialog santri Aceh dengan tema” “Dari Santri untuk Negeri” di Dayah Darul Ihsan Abu Hasan Kruengkale Aceh Besar. Dialog ini diselenggarakan dalam rangka Maulid Nabi Besar Muhammad Saw dan direncakan akan dihadiri ribuan santri dari Aceh Besar dan Banda Aceh. 


Tuan Guru Bajang adalah ulama muda yang sukses menjadi kepala pemerintahan di NTB. Namanya kian harum setelah berhasil raih capaian-capaian menggembirakan dalam menjalankan roda pemerintahan. Figur beliau dikenal luas sebagai sosok ulama.[Zulkhairi]



PROFIL TUAN GURU BAJANG

ULAMA YANG PEMIMPIN, PEMIMPIN YANG AHLUL QUR'AN
Dr. KH TGH. Muhammad Zainul Majdi, MA atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (lahir di Pancor, Selong, 31 Mei 1972; umur 44 tahun) adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) 2 periode, masa jabatan 2008-2013 dan 2013-2018.
Tuan Guru Bajang adalah panggilan masyarakat sasak terhadap ulama muda seperti Tuan Guru Zainul Majdi.
Dia adalah cucu dari ulama paling kharismatik di Nusa Tenggara Barat, khususnya di tanah Lombok.
525480_424885944238223_1921950303_n
Sang kakek Maulana Syekh Tuan Guru Haji M. Zainuddin Abdul Madjid adalah pendiri Nahdlatul Wathan (NW) ormas Islam terbesar di NTB.
Kapasitas keulamaan sang kakek bukan hanya kaliber daerah saja, melalui kitab-kitab karyanya, Tuan Guru Pancor juga menjadi ulama yang dihormati oleh ulama Mekkah.
Selain darah ulama, darah kepemimpinan juga menurun dari pikiran yang merupakan seorang birokrat Pemda NTB. Zainul Majdi adalah keturunan dari pasangan HM Djalaluddin SH dan Hj. Rauhun Zainuddin Abdul Madjid.
Sebagai keluarga ulama, pendidikan Zainul Majdi tidak lepas dari pendidikan agama yang menjadi utama. Selain belajar dari sang kakek dan ulama NW lain, Zainul kecil juga belajar di SDN 3 Mataram.
Ia lalu mendapatkan pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah Mu'allimin Nahdlatul Wathan Pancor dan Madrasah Aliyah di yayasan yang sama.
Lulus dari Madrasah Aliyah (Tingkat SMA) Zainul mulai menunjukkan kapasitas dan minatnya kepada ilmu. Ia memilih untuk memperdalam Islam di tanah Mesir di Univeristas Al Azhar.
Hebatnya, sebelum masuk perguruan tinggi, Zainul muda sudah menuntaskan hafalan 30 juz Alquran di Ma'had Darul Qur'an wal Hadits Nahdlatul Wathan Pancor selama setahun (1991-1992).
Kemudian pada tahun 1992, Zainul muda berangkat ke Mesir untuk memperdalam ilmunya di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al-Qur'an Universitas Al-Azhar Kairo.
Lulus setingkat S1 pada tahun 1996, Zainul memilih untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang master. Lima tahun berikutnya, ia meraih Master of Art (MA) dengan predikat Jayyid Jiddan.
Tidak tanggung-tanggung dalam menimba ilmu, Tuan Guru Bajang terus meningkatkan keilmuannya dengan program sarjana S3 doktor di bidang yang sama.
Pada 8 Januari 2011, dalam sidang ujian oleh Dosen Penguji Prof. Dr. Abdul Hay Hussein Al-Farmawi dan Prof. Dr. Al-Muhammady Abdurrahman Abdullah Ats-Tsuluts, Tuan Guru Bajang lulus dengan predikat Martabah EL-Syaraf El Ula Ma`a Haqqutba atau Summa Cumlaude.
KETUA NAHDLATUN WATHAN 

Kondisi memprihatinkan oleh Nahdlatun Wathan dengan dualisme kepemimpinan semenjak tahun 1997. Perpecahan dalam kepengurusan pusat NWALAH karena perbedaan pandangan tentang kepemimpinan wanita Hj Siti Raehanun Zainuddin Abul Majid sebagai pemimpin ormas Islam.
Dalam Muktamar X Praya Lombok Tengah yang memilih Hj Siti Raehanun Zainuddin Abul Majid, sebagian peserta menolak kepemimpinannya dan memilih keluar. Selanjutnya kubu yang menolak pendirian kepengurusan sendiri yang dikenal dengan PBNW Pancor.
Dari kepengurusan PBNW Pancor inilah Tuan Guru Zainul terpilih sebagai ketua umum pada tahun 2007, mengingat kapasitas ilmunya yang dalam agama Islam.
Dalam kepemimpinn Tuan Guru Bajang, sudah beberapa kali dia mengupayakan ishlah dengan PBNW Anjani pimpinan bibinya. Tahun 2010 pasingan bersatu dalam kontestasi Pilkada, namun dalam kepengurusan sampai sekarang belum ada titik temu.
DUNIA POLITIK 

Tidak terpikirkan bagi seorang ulama seperti Tuan Guru Bajang menjalani karir politik. Semuanya berawal karena hubungan akrab dengan tokoh reformis Yusril Ihza Mahendra yang mengajaknya maju sebagai anggota DPR-RI dari Partai Bulan Bintang.
Tuan Guru pun terpilih sebagai anggota legislatif periode 2004-2009. Belum genap dalam masa jabatannya, tantangan untuk memimpin lebih tinggi menghampirinya.
Banyak calon yang ingin meminangnnya sebagai calon wakil gubernur, Yusril Ihza Mahendra sangat yakin untuk maju sebagai calon gubernur NTB. Diusung PBB dan PKS Tuan Guru Bajang sukses terpilih menjadi gubernur NTB periode 2008-2013.
Pilihannya masuk ke dalam politik bukan tanpa alasan. Menurutnya dalam pengalamannya selama berdakwah, banyak sisi dakwah yang tidak bisa disentuh dengan kultural saja, tapi harus secara struktur.
Tuan Guru yang sangat concern dengan pendidikan, juga bercita-cita untuk memajukan pendidikan di NTB dan juga menggratiskan pendidikan di sana.
TERPILIH KEMBALI 

Kini Tuan Guru Zainul Majdi terpilih kembali sebagai gubernur NTB pada periode 2013-2018.
Tuan Guru adalah gubernur termuda dengan usianya yang menginjak 36 tahun pada saat dilantik sebagai gubernur NTB. Sifat muda usianya, namun jumlah prestasi sudah banyak.
Tahun 2009 beliau menerima Lencana Ksatria Bhakti Husada Arutala yang merupakan penghargaan atas jasa-jasanya dalam pembangunan Bidang Kesehatan.
Tahun 2010, Gubernur M. Zainul Majdi menerima penghargaan The Best Province Tourism Develovment dengan dikukuhnya NTB sebagai Provinsi Pengembang Terbaik versi ITA di Metro TV. Pariwisata NTB memang meningkat derastis dalam kepemimpinan Zainul Majdi.
Berkat kemajuan insdustri di NTB, Tuan Guru Bajang mendapat penghargaan kategori The Best Dedicated Governor dalam Mengembangkan Industri MICE.
Lalu terakhir, bersama gubernur Bali, Tuan Guru Bajang mendapat penghargaan Bintang Maha Putra Utama dari Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudoyono karena telah berjasa banyak pada negara.
KIPRAH 

SEBAGAI ULAMA yang pemimpinnya berlatarbelakang ulama, visi keislaman tidak pernah tertinggal dalam setiap kebijakannya. Dimulai dari dirubahnya slogan NTB dari "Bumi Gora" menjadi "Bumi Qur'an".
Gubernur hafidz ini juga aktif dalam menggiatkan untuk membumikan Qur'an pada anak-anak melalui pendidikan. Dua anak penghapal Qur'an dari Gaza Palestina sempat berkunjung kekediaman Tuan Guru untuk saling berbagi.
Tuan Guru juga aktif dalam dunia keislaman dengan gelombang Konferensi Dunia Islam Internasional di Arab Saudi yang diselenggarakan oleh World Moslem League. Beliau juga mengadakan konferensi Ulama Internasional yang diadakan di Situbondo Jawa Timur. 

Kamis, 28 Desember 2017

Perkuat Gerakan Sosial Peduli Ummat, Tu Sop Lantik Pengurus BMU Pidie



Tusop.com -  Dalam rangka memperkuat gerakan sosial peduli ummat, pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb Kabupaten Bireuen, Tgk H. M. Yusuf A Wahab Selasa lalu (26/12/2017) melantik pengurus Barisan Muda Ummat (BMU) Kabupaten Pidie di Aula Hotel Safira Kota Sigli. Dalam sambutannya, ulama yang akrab disapa Tu Sop Jeunieb ini mengatakan, saat ini kita berada di zaman krisis kepemimpinan dalam membangun perilaku sosial.

Tu Sop juga memberikan motivasi kepada sejumlah pengurus dan undangan untuk terus melakukan kegiatan-kegiatan sosial saling membantu seperti yang telah diajarkan Rasulullah Saw, “ kita sekarang berada di zaman krisis kepemimpinan yang mampu menumbuhkan perilaku sosial ummat”.

Padahal, kata Tu Sop, keberhasilan Rasulullah Saw dan para sahabatnya bukan hanya sekedar mengembangkan dakwah secara lisan, tetapi juga perilaku sosial Rasulullah sangat menentukan keberhasilan dakwah Islam.

Artinya, tambah Tu Sop, disaat kita lihat orang miskin  yang rumahnya tidak layak huni dimata kita hanya melihat mereka orang yang tidak mampu tanpa terpikir oleh kita bagaimana konsep agama dalam mempergunakan harta.

“Oleh sebab itulah kita dirikan BMU ini yang bertujuan untuk merubah perilaku masyarakat agar terunggah berpartisipasi di bidang sosial, sehingga disaat kebanyakan manusia di zaman sekarang melupakan hal ini maka BMU hadir untuk mengingatkan  kembali betapa penting nilai sosial secara Islam ini, “ ujar Tu Sop yang merupakan pendiri BMU.

Seperti diketahui, sejak kehadiran BMU beberapa waktu lalu, relawan BMU binaan Tu Sop telah melakukan gerakan sosial seperti pembangunan satu rumah warga miskin di Bireuen dan saat ini juga sedang proses membangun satu rumah Matangkuli Aceh Utara dengan cara menghimpun dana dari para dermawan.

Selesai pelantikan BMU Pidie, Tu Sop pada malamnya juga memenuhi undangan Pemda Kabupaten Pidie untuk mengisi Acara Tausiah Memperingati Tsunami yang dipusatkan di Masjid Agung Al Falah Kota Sigli.

Ketua DPP Barisan Muda Ummat (BMU)Tgk Mustafa Amin mengatakan Acara Pelantikan Pengurus BMU tersebut dihadiri oleh sejumlah perwakilan Mahasiswa Universitas Jabal Ghafur dan Al Hilal Sigli.

“ Hari ini yang dilantik adalah Pengurus BMU Kabupaten Pidie, Ketua Tgk. Athailah, Sekretaris Tgk Abdusyukur, Bendahara Tgk. Muhammad Taufiq, dan untuk Ketua Dewan Mustasyar Tgk Afifuddin, “ ujar Tgk. Mustafa. [alfadhal/zulkhairi]


Kamis, 21 Desember 2017

UIN Ar-Raniry dan Dayah Babussalam Tandatangani Naskah Perjanjian Kerjasama

Banda Aceh – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Prof. Dr Farid Wajdi Ibrahim, MA dan pimpinan Dayah (Pesantren) Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb Kab. Bireuen, Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab menandatangani naskah perjanjian kerja sama yang meliputi peningkatan kemampuan pendidikan dan pengajaran, pengembangan bisnis dan kegiatan lainnya yang akan disepakati kemudian.
Untuk tahap awal, kerjasama kemitraan diwujudkan dengan produksi air kemasan yang akan diproduksi oleh Dayah Babussalam sebagai produsen air kemasan Yadara untuk digunakan di lingkungan UIN. Sementara untuk tahap selanjutnya dalam waktu dekat air kemasan akan dibuat atas nama UIN dan diproduksi oleh Dayah Babussalam.
Penandatanganan naskah kerjasama yang berlangsung di aula Biro Rektor UIN Ar-Raniry ini dihadiri oleh kepala biro UIN, Dekan dan Wakil Dekan, serta Direktur Pascasarjana UIN, Prof. Dr Syahrizal Abbas, MA dan Wakil Rektor III, Prof Dr.Syamsul Rijal, Rabu pagi(20/12).
Prof. Dr Farid Wajdi Ibrahim, MA dalam sambutannya mengatakan, pihaknya komitmen untuk berdayakan produk-produk lokal sehingga memberdayakan usaha masyarakat Aceh. Dalam pertemuan ini, juga disuguhkan air kemasan Yadara yang diproduksi oleh Dayah Babussalam Al-Azizyah.
“Sekarang kantin-kantin di UIN saya larang jual produk-produk Yahudi sebagai wujud komitmen saya. Saya punya pengalaman ketika datang ke dayah Al-Aziziyah Samalanga, di sana saya disuguhkan air kemasan produk Samalanga. Bagi saya itu merupakan kemajuan besar dan dimana dayah telah melakukan langkah besar, “ ujar Prof. Farid.
Sementara itu, Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab yang dikenal sebagai seorang ulama dan pengusaha ini, dalam sambutannya mengatakan arahan Rektor UIN sangat sesuai dengan harapan dan cita-cita pihaknya selama ini. Artinya, kata ulama yang akrab disapa Tu Sop Jeunieb ini, kita sepakat ada masalah di tengah umat Islam dalam mendakwah Islam.
“Hari ini kita kalah strategi dalam menghadapi strategi non muslim. Dan dengan ini kita berharap bisa menyelesaikan masalah ini ke depan. Kita akan kerjakan apa yang bisa kita kerjakan, dan tidak menunggu harus bisa mengerjakan semuanya, “ ujarnya Tu Sop.
Tu Sop juga menjelaskan, dalam bidang pemasaran dan lain-lain banyak sekali masalah. Baik masalah sumber daya manusia produsen, tenaga pemasaran dan lain-lain. Tapi hambatan-hambatan itu, kata Tu Sop akan bisa diatasi kalau kita saling bekerja sama dalam membangun arus yang kuat.
“Realitas hari ini, arus yang dibangun orang luar jauh lebih kuat dari arus kita. Makanan dan minuman kita digempur dan dikalahkan oleh makanan dari luar. Mereka yang menggempur ini bekerja keras, konsisten dan sistematis. Maka di tengah-tengah fenomena ini kita duduk bersama menyusun konsep dan berharap mudah-mudah istiqamah di waktu mendatang,” harap Tu Sop. [sumber berita: ar-raniry.ac.id]

Kamis, 30 November 2017

Isi Pengajian Wartawan di Banda Aceh, Tu Sop Jelaskan Qudwah Hasanah Manifestasi Ahlusunnah wal Jama'ah



Banda Aceh - Menjadikan Rasulullah SAW sebagai qudwah hasanah (teladan yang baik) adalah sebuah keniscayaan bagi umat Islam, dan Ahlusunnah wal Jamaah merupakan manifestasi dari perintah mengikuti dan menjadikan Rasulullah sebagai qudwah hasanah.

Demikian antara lain disampaikan Tgk H Muhammad Yusuf A. Wahab, Pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb, Bireuen, saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (29/11/2017) malam.

Pada pengajian yang dimoderatori Badaruddin dari Dinas Pendidikan Dayah Aceh itu, Tu Sop turut didampingi Prof Dr Syamsul Rijal M.Ag (Wakil Rektor III UIN Ar-Raniry). Turut hadir Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Aceh (KPIA), Muhammad Hamzah.

"Ruang lingkup qudwah hasanah Rasulullah SAW yang harus diikuti meliputi perkataan, perbuatan, pemikiran dan segala hal dalam rangka menjadikan dunia ini sebagai mazra’atul lil akhirah, atau ladang untuk mempersiapkan bekal hari akhirat," ujar ulama muda Aceh yang akrab disapa Tu Sop ini.

Tu Sop mengatakan, setelah kita memahami pentingnya  menjadikan Rasulullah SAW sebagai qudwah hasanah, maka persoalan sekarang adalah bagaimana kita mengikuti Rasulullah padahal masa hidup Rasulullah dengan kita saat ini sudah begitu jauh? Disinilah pentingnya mempelajari manhaj Rasulullah secara menyeluruh.

Tu Sop juga menjelaskan, terdapat Hadits Rasulullah yang menjelaskan bahwa semua orang akan membenarkan diri. Namun, Rasulullah mempertegas bahwa yang benar dan yang akan selamat dari sekian banyak kelompok umat Islam adalah yang mengikuti Sunnahnya dan mengikuti para sahabatnya. 

Penjelasan Rasulullah ini, kata Tu Sop yang baru saja menulis buku berjudul “Manhaj Ahlussunnah wal Jamaah dalam mendakwah Awam” ini, adalah untuk menegaskan bahwa menjadi Islam mestilah mengikuti Rasulullah, dan para sahabatnya, dengan itulah jalan yang selamat, dan itulah yang dilakukan oleh orang-orang Ahlusunnah wal Jamaah.

“Ahlusunnah wal Jamaah dalam memahami Islam mereka mempergunakan secara seimbang antara akal dan naql (teks suci). Selain itu, Ahlusunnah wal Jamaah ini juga sangat menjaga profesionalitas dan proporsionalitas. Maka kita diingatkan, bahwa apabila sebuah urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya,“ ungkap Tu Sop.


Dalam konteks mewujudkan pikiran seperti ini, katanya, diperlukan metode berpikir yang sudah disusun oleh para ulama metode-metode yang sesuai dengan Alquran dan Hadits agar kita tidak sesat dan salah. Hal tersebut sangat menjadi perhatian ulama-ulama Ahlusunnah wal Jamaah. 

Karenanya, menurut Tu Sop, itulah maksud qudwah hasanah dalam cara berpikir, cara mencari kebenaran dan sebagainya. Seperti itulah manhaj Rasulullah SAW dan itulah sabilul mukminin (jalan orang-orang beriman).

Dalam pengajian KWPSI ini, sejumlah jamaah juga menanyakan perihal tasawuf dalam kehidupan seorang muslim, bagaimana tasawuf yang sesuai dengan manhaj Ahlusunnah wal Jamaah. 

Menanggapi pertanyaan ini, Tu Sop yang juga Ketua I Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) ini, menjelaskan, pada intinya, orang tasawuf itu tidak pernah melihat dirinya lebih baik dari orang lain.

“Selama masih melihat dirinya lebih baik dari orang lain, maka itulah yang dinamakan sombong yang diharamkan dalam Islam. Tasawuf itu bukan untuk melihat orang lain tidak baik, akan tetapi untuk melihat dan fokus pada aib-aibnya sendiri, “ terangnya.

Tu Sop juga menekankan pentingnya mencegah orang awam dari kebingungan dalam menyaksikan realitas keberagaman dalam Islam. Disitulah letak pentingnya peran pemerintah untuk mewujudkan keseragaman, sehingga masyarakat awam terhindar dari kebingungan. [zul]

Jumat, 27 Oktober 2017

Tu Sop: Jangan Ajak Anak Cintai Dunia

Tusop.com | Anak ibarat botol kosong. Ia dilahirkan tanpa membawa apapun kecuali kepolosan. Lingkungan dan didikanlah yang kemudian mengisi kekosongan itu. Jika lingkungan dan didikan yang ia dapatkan baik, maka terbuka peluang ia akan tumbuh menjadi anak yang berkepribadian baik. Begitu juga sebaliknya.

Rumah adalah madrasah pertama bagi anak. Warna warni lingkungan rumah adalah pemandangan pertama dan utama yang ia lihat secara dekat. Dan doktrin-doktrin serta didikan orang tua adalah 'nasehat' utama yang masuk ke hati melalui lobang telinga. Apa yang dilihat dan didengar oleh anak ini dari lingkungan dan didikan orang tua akan menjadi cikal bakal kepribadian anak secara permanen.

Oleh sebab itu Rasulullah saw mewanti-wanti: "Setiap (anak) yang dilahirkan, ia terlahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanya lah yang membuat ia menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi".

Dalam upaya mendorong pembentukan akhlak dan kepribadian seorang anak menjadi pribadi yang mulia, orang tua harus memberikan pandangan-pandangan yang mencerahkan jiwa tentang eksistensi dan hakikat tujuan hidup yang akan dijalaninya. Setiap anak harus didoktrin bahwa hakikat hidup hanya 'ladang' untuk menyiapkan bekal akhirat. Tidak lebih. Doktrin ini harus diulang secara terus menerus hingga terpatri dalam jiwa sang anak secara permanen. Sebab jika tidak, anak akan salah arah dan tersesat dalam kehidupannya. Akhirnya, ia akan binasa bersama orang-orang yang celaka.

Maka diawal pertumbuhannya, anak harus diajak untuk mementingkan akhirat dalam kehidupannya. Dan jangan sekali-kali didorong untuk mencintai dunia dengan segala kesombongannya. Sebab hal itu akan berbekas dihatinya lalu ia akan menghabiskan usianya kelak untuk mengumpulkan dunia. Dan hal ini adalah kekeliruan yang akan menghancurkan masa depan akhirat anak itu sendiri.

Rabu, 25 Oktober 2017

Memaksa Diri Jadi Orang Baik

Tusop.com | Membentuk kepribadian mulia merupakan perjalanan panjang yang tak mudah. Untuk sampai ke sana, butuh kerja keras dan perjuangan yang tak mudah. Banyak lika-liku yang harus dilewati. Banyak tantangan yang harus dilalui. Tanpa militansi menahan beban, seorang perintis perjalanan ruhiah ini akan terhempas. Dan ikut binasa bersama mereka yang celaka.

Untuk sampai pada puncak akhlaqul karimah, seorang pemula harus memaksa diri untuk berperilaku baik. Ya, harus memaksa diri untuk menjadi orang baik dengan melakukan amal perbuatan para orang-orang baik. Walaupun nalurinya masih memberontak dan jiwanya belum menikmati kebaikan yang dilakukan.

Seorang yang berjiwa kikir, misalnya. Nalurinya masih tak menghendaki hartanya dibagi atau dinafkahkan pada jalan kebajikan. Ya, baginya memberi adalah beban yang tak ringan. Namun dalam kealpaan ini, seseorang tak boleh membiarkan diri bertahan dalam sikap kikirnya. Ia harus berjuang melawan nalurinya dengan terus berinfak, memberi dan membagi hartanya untuk kebajikan. Hingga terbentuk suatu kepribadian,  memberi dan berinfak adalah hal yang menyenangkan dan membahagiakan.

Memaksa diri jadi orang baik adalah tangga pertama untuk menjadi orang baik yang paripurna.

Isi Pengajian Akbar di Nagan Raya, Tu Sop Ajak Jamaah Perkuat Islam dengan Ilmu






Nagan Raya – warga Nagan Raya menunjukkan antusiasmenya mengikuti pengajian Tastafi dan Zikir Yadara yang menghadirkan Tgk H. Muhammad Yusuf A. Wahab atau Tu Sop Jeunieb di Komplek Dayah Baitul Hikmah Alue Bili Kabupaten Nagan Raya, Senin malam (23 Oktober 2017).

Selain jamaah yang hadir ke lokasi, pengajian ini juga diikuti oleh jama'ah oleh masyarapat di beberapa kabupaten di Aceh melalui Radio Yadara FM Jeunieb 92.8 MHz dan Radio Mutiara FM Beureunuen 104.8 MHz.

Dalam pengajian ini, Tu Sop mengajak masyarakat Nagan Raya untuk memperkuat Islam dengan memperkuat ilmu pengetahuan Islam. Sebab, kata Tu Sop, tanpa ilmu maka Islam itu akan lemah. Menurut Tu Sop, tanpa ilmu maka kekuatan Islam hilang.

Tu Sop juga mengingatkan kembali bahwa tegaknya agama dan peradaban adalah dengan empat perkara, sehingga keempat perkara ini menurut Tu Sop harus saling melengkapi dan memperkuat sehingga menjadi kekuatan ummat. Keempat perkara ini, kata Tu Sop yaitu ilmunya para ulama, kedermawanan orang kaya, keadilan pemimpin dan do’anya para fakir miskin.

Di depan masyarakat yang hadir, Tu Sop mengharap pada tokoh-tokoh agama dan juga Bapak Wakil Bupati Nagan Raya untuk memperkuat majelis ta'lim


Sebelumnya, wakil Bupati Nagan Raya yang baru dilantik dua minggu yang lalu, Chalidin Oesman, SE dalam sambutannya menyampaikan, bahwa mottonya saat berkampanye yang lalu adalah "Agama ta Peukong, Adat Ta peu Makmu".

Dalam sambutannya, Wakil Bupati Nagan Raya juga mengajak masyarakat agar acara Pengajian dan Zikir Akbar seperti ini terus digalakkan karena dengan pengajian dan berzikir pengetahuan agama kita bertambah dan hati kita semakincerah dan bersih. [bahri/zulkhairi]


Jumat, 20 Oktober 2017

Tu Sop Ingatkan Semua Elemen Masyarakat Aceh Agar Manfaatkan Kekuasaan untuk Islam




Bireuen – Ulama muda Aceh, Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab yang akrab disapa Tu Sop Jeunieb meminta seluruh elemen masyarakat, termasuk  para penguasa di Aceh agar menjadikan kekuasaan di level apapun yang dimiliki oleh siapapun dan kelompok mana pun sebagai sarana pengabdian untuk Islam. Baik kekuasaan atau kekuatan yang dimiliki oleh para pengusaha, para politisi, para akademisi, dan setiap tokoh atau pribadi lainnya. 

 “Para penguasa di level apapun hendaknya menjadikan kekuasaan untuk memperkuat Islam, dan jadikan Islam untuk fondasi kekuasaan. Kekuatan Islam harus menjadi kekuatan bangsa, dan kekuatan bangsa menjadi kekuatan Islam, “ ujar Tu Sop yang merupakan pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb Kab. Bireuen ini, Sabtu, (21/10).

Sebab, kata Tu Sop, semuanya punya tanggung jawab masing-masing yang akan dipertanyakan kelak nanti di akhirat. Islam adalah segalanya bagi umat Islam, bagi dunia dan akhirat mereka. Masa kejayaan Aceh, kata Tu Sop, ditandai dengan dominasi Islam dalam kekuasaan lewat pengaruh dan keberhasilan dakwah para ulama.

“Saat kekuasan hadir menjadi kekuatan Islam, maka hasil dan pencapaiannya akan lebih besar ketimbang hasil yang diraih dengan hanya mengandalkan ilmu dan pendidikan, “ kata Tu Sop.


Sebagai contoh, kata Tu Sop, secara keilmuan, perintah menutup aurat tidak pernah berhenti dilakukan. Akan tetapi, hasilnya tetap terbatas. Namun, setelah atau jika kekuasan hadir untuk menggerakan perintah tutup aurat, maka semakin banyak yang menutup aurat jika dibanding masa lalu, seperti yang bisa kita saksikan selama ini. Artinya, tambah Tusop, fenomena ini merupakan keberhasilan dan pengaruh kekuasaan.

Maka, terlindung dan tidaknya agama ini sangat tergantung sampai dimana komitmen kekuasaan untuk melindunginya. Saat kekuasaan melepaskan diri dari agama, niscaya agama akan menjadi telanjang tanpa perlindungan, dan kekuasaan akan rusak tanpa bisa diselamatkan oleh agama. 

Oleh sebab itulah, kata Tu Sop, sebuah kekuasaan harus bermanfaat untuk agama, dan  agama menjadi penguat bagi kekuasaan yang selaras dengan nilai-nilai Islam. Dan masing-masing umat Islam harus bergerak dengan posisi masing-masing tanpa saling menyalahkan karena ini merupakan tanggung jawab semua pihak. 

 “Dua-duanya harus saling memperkuat. Sebab, agenda kolonialisasi dan kapitalisme yang menghancurkan umat Islam sering kali terjadi dan dimulai dengan pemisahan agama dengan kehidupan. Efeknya, saat agama dipisahkan dari kekuasaan maka kekuasaan akan dikuasai oleh kekuatan lain yang anti agama,“ tambah Tu Sop.

Kalau dipisahkan, kata Tu Sop, maka akan melahirkan orang-orang yang tidak beragama menjadi penguasa dan politisi. Sebagai contoh, kata Tu Sop, saat agama dipisahkan dari ekonomi, maka ekonomi akan menjadi kekuatan yang berada di tangan orang lain yang akan menghancurkan perekonomian umat Islam. Begitu juga dalam hal politik, kalau para politisi tidak mengabdi untuk Islam, maka kekuasaan akan berubah menjadi penghancur bagi eksistensi Islam.

“Itulah mengapa dulu bangsa kolonialis mengampanyekan sekulerisme di tengah-tengah muslim. Sebab, mereka paham bahwa dengan memisahkan politik dengan agama maka mereka akan berhasil memisahkan para politisi atau penguasa dari agamanya sehingga terjadilah berbagai kehancuran, “ ujar Tu Sop.

Oleh sebab itu, untuk level Aceh, kata Tu Sop, para penguasa, politisinya maupun elemen masyarakat lainnya hendaklah mengabdi untuk Islam. 

‘Buatlah kebijakan-kebijakan yang menguntungkan Islam. Jadilah teladan dalam pengamalan Islam supaya ummat ini selamat dunia dan akhirat, “ pungkas Tu Sop. [zul]

Comments System

Disqus Shortname

Diberdayakan oleh Blogger.