Selasa, 12 Februari 2019

[Video] Saksikan, Film Serial Lepas Episode 1 Yang Dibintangi Tu Sop Jeunieb



Alhamdulillah film serial lepas berjudul “Suluh Al-Jawi” episode perdana resmi diluncurkan. Film bertemakan dakwah ini diproduksi oleh PT. Lembah Seulawah. Direncanakan, dalam tahun 2019 ini insya Allah akan diproduksi sebanyak 36 episode.

Suatu hari, Ayahanda Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab (Tu Sop Jeunieb) mengungkapkan, alasan beliau mau terlibat dalam film ini adalah karena beliau ingin mengisi ruang-ruang kosong dakwah. Jadi dakwah tetap selalu misi utama beliau dalam setiap gerak gerik kehidupan ayahanda Tu Sop Jeunieb.

Film ini untuk perdana diluncurkan via Channel Youtube dengan alasan saat ini Youtube sudah sangat populer di kalangan generasi milenial. Tapi ke depan, tidak tertutup kemungkinan akan masuk ke stasion Televisi.

Selamat menyaksikan....





[Zulkhairi]







Kamis, 07 Februari 2019

Tu Sop Bintang Utama Film Suluh Al-Jawi, Episode 1 Selesai Digarap



BANDA ACEH - Syuting film serial dakwah Suluh Al-Jawi episode 1 telah dilaksanakan di Banda Aceh, Selasa, 29 Januari 2019.
Film diproduksi PT Lembah Seulawah itu direncanakan  selesai digarap dalam tahun 2019 mencapai 36 episode dengan judul dan penulis skenario berbeda. Aktor utama film itu diperankan oleh ulama kharismatik muda Aceh, Tgk. H. Muhammad Yusuf. A. Wahab akrab disapa Tu Sop.
"Orientasinya tetap dakwah, supaya ruang-ruang kosong itu dapat terisi dengan dakwah. Dan ke depan kita lanjutkan setelah dilakukan evaluasi pada tahap awal ini, bagaimana yang lebih baik ke depan, memperbaiki apa-apa saja yang perlu disempurnakan," kata Tu Sop kepada portalsatu.com usai syuting, Selasa sore.
Sutradara Suluh Al-Jawi, Tuanku Al-Absyar menyatakan rasa syukurnya setelah proses syutingepisode pertama. Karena dari perencanaan hingga selesai semuanya berjalan lancar, dan proses syuting berhasil diselesaikan dalam waktu 7 jam.
"Semoga pesan-pesan dari film ini nantinya akan tersampaikan kepada seluruh masyarakat," kata Tuanku Al-Absyar.

<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-5514929069409937",
    enable_page_level_ads: true
  });

</script>
Pemeran Hamid dari Partai Putih, Firman Saputra, mengatakan, program film itu bertujuan untuk bantu umat. Sebagai bentuk dukungannya itu ia pun menerima ajakan produser Thayeb Loh Angen untuk bermain secara sukarela di film yang disutradarai oleh Tuanku Al-Absyar tersebut.
"Sebagai sebuah project yang positif, yang menjadi pencerahan bagi para politisi, para tim sukses, dan kepada lapisan masyarakat bahwa berpolitik ini memang harus seperti di cerita film ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Tu Sop sendiri. Saya sangat senang bisa berkontribusi bermain berkolaborasi dengan Tu Sop," kata Firman.
Firman mengaku, baru kali ini bermain film, hingga awalnya merasa agak grogi, karena dalam proses syuting para pemeran dituntut harus sabar, dan harus menyesuaikan mimik wajah yang tepat pada pengucapan dialog.
"Namun bila soal komedian saya sudah terbiasa melucu di medsos," katanya sambil tersenyum.[]
sumber: portalsatu 



Senin, 31 Desember 2018

Ketua HUDA, Tu Sop Jeunieb Safari Dakwah ke Malaysia



Ketua Tanfidziah Himpunan Ulama Dayah (HUDA) Aceh Tgk. H. Muhammad Yusuf A Wahab melakukan kunjungan safari dakwah di Malaysia mulai 28 Desember 2018-03 Januari 2019 selama satu Minggu. Seperti yang dirilis Tgk. Al Fadhal Humas Ikatan Penulis Santri Aceh (IPSA) Bireuen pada (29/12/2018).

<script async src = "// pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"> </script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []). push ({
    google_ad_client: "ca-pub-9698669690252837",
    enable_page_level_ads: true
  });

</script>

Menurutnya informasi ini diperoleh dari Ketua Barisan Muda Ummat (BMU) Pusat Tgk. M. Yusuf Nasir sapaan akrabnya Abiya Rauhul Mudi yang juga ikut serta dalam safari dakwah dengan masyarakat Aceh di Malaysia. Dijelaskan Abiya dalam diskusi acara safari dakwah di Malaysia diawali dengan Pengajian Tastafi dan Zikir Akbar Majelis Zikir Yadara di Surau An-Nur Sri Muda Selayang Malaysia malam ini. "Kegiatan Safari Dakwah dimulai dengan pengajian dan zikir di surau Sri Murni Selayang, dalam rangka Maulidurrasul, memenuhi undangan dari Komunitas Aceh Peduli yang telah menjalin kerjasama dengan BMU beberapa waktu yang lalu". kata Abiya.

Ketua Tanfidhiah PB Huda Aceh Tgk. HM Yusuf Abdul Wahab atau Tu Sop Jeunieb mengatakan selain silaturahmi dengan Aceh Peduli juga meminta undangan untuk merayakan Maulid Nabi yang digelar oleh masyarakat Aceh di tempat-tempat di Malaysia, selain itu kegiatan safari ini juga termasuk kegiatan rutin dalam hubungan pengembangan ilmu cinta dan syariat.
"Momentum ini harus jadi titik awal untuk menyatukan visi masyarakat Aceh di perampingan dalam perbaikan dan perbaikan". Kata Tu Sop.

Tu Sop menambahkan Aceh harus dibangun bersama-sama oleh seluruh komponen anak sesuai dengan peran dan profesi masing-masing. Untuk itu harap Tu Sop yang Juga Imam Besar Barisan Muda Ummat ini, masyarakat Aceh dimana pun harus ditempa agar menjadi orang-orang baik. Saat persediaan orang baik cukup, maka nilai-nilai keuntungan akan naik ke permukaan dan menjadi arus yang kuat. Saat berasal, Aceh akan bangkit untuk melihat masa depan yang lebih baik ". Tutup Tu Sop yang juga Pimpinan Yayasan Dayah Bersaudara (Yadara) Grup.


Berikut ini Jadwal Kegiatan ayahanda Tu Sop di Malaysia:
Sabtu Malam, 29/12/2018 Silaturahmi Aceh Peduli, Pengajian Tastafi dan zikir Akbar di Surau Sri Muda Selayang
Minggu Malam, 30/12/2018 Tausiyah Di Kp. Kubu Gajah
Selasa Malam, 01/01/2019 Silaturahmi dan Pembentukan BMU Malaysia di Sri Muda
Rabu Malam, 02/01/2019 Ceramah Maulid di Sunway
Kamis Malam, 03/01/2019 Pengajian di Rantau Panjang Klang
Selanjutnya Jumat pagi rombongan tiba di Bandara internasional SIM Blang Bintang.

Rabu, 19 Desember 2018

Pada Pelantikan Pengurus KWPSI, Tu Sop Ajak Bangkitkan Syari'at Islam Melalui Profesi





BANDA ACEH - Pemberlakuan syariat Islam di Aceh sudah berjalan 17 tahun sejak dideklarasi pada 2001 silam. Semua elemen masyarakat dari berbagai profesi memiliki tanggung jawab untuk bersama-sama membangkitkan gelora syariat Islam hingga ke semua sendi kehidupan.


“Syariat Islam tak akan berjalan jika semua elemen umat tidak mengambil peran sesuai profesi masing-masing,” kata Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA), Tgk Muhammad Yusuf A Wahab atau lebih dikenal dengan Tu Sop saat menjadi penceramah pada pelantikan pengurus Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) Periode 2018-2023 dan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW di Aula Kantor Perwatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh, Banda Aceh, Kamis (13/12).


Tu Sop menjelaskan, menyiarkan syariat Islam bukan hanya tugas ulama atau dinas syariat tapi menjadi tugas bersama masyarakat Aceh. Karena itu, ia mengajak semua elemen masyarakat untuk mengelorakan syariat Islam melalui profesi masing-masing. “Mari kita masuk surga lewat profesi kita masing-masing,” ujar Tu Sop yang juga Pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb, Bireuen, ini.


Dikatakan, tidak mungkin semua orang menghabiskan waktunya di masjid karena hal itu akan merusak tatanan kehidupan. Tapi, harus ada juga orang yang menjadi petani, wartawan, pegawai, dan profesi lainnya. Sebab, lanjut Tu Sop, beribadah bisa juga dilakukan melalui profesi. “Karena yang diharapkan dari profesi adalah bagaimana orang tersebut bisa mengubah kehidupan atau perjalanan hidupnya menjadi perjalanan ke surga, bukan perjalanan ke neraka,” ungkapnya.




Karena itu, tambah Tu Sop, pelaksanaan syariat Islam di Aceh diharapkan masuk ke sendi-sendi kehidupan dan pekerjaan masing-masing individu mulai dari bidang ekonomi, pendidikan, perkantoran, dan sektor lain hingga pelaksanaannya bisa kaffah (menyeluruh).



<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-9698669690252837",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>


Membela Melalui Tulisan

Sebelumnya, Ketua Dewan Pembina KWPSI, H Sjamsul Kahar, saat melantik pengurus organisasi itu meminta KWPSI terus eksis dalam membela pelaksanaan syariat Islam melalui tulisan-tulisan. “KWPSI makin berkembang. Ini suatu rahmat dari Allah SWT. Dari jajaran wartawan juga sudah tumbuh tekad bersama umat untuk membela pelaksanaan syariat Islam. Kita sudah merasakan dan melihat sendiri bagaimana perkembangan syariat Islam di Aceh saat ini,” kata H Sjamsul Kahar yang juga Pimpinan Umum Harian Serambi Indonesia ini.


<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-9698669690252837",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>

Sejak dicetuskan qanun tentang syariat Islam sampai saat ini, menurut Sjamsul Kahar, pelaksanaan syariat Islam terus berkembang ke semua lapisan masyarakat. “Sekarang kita masih terus berjuang agar syariat Islam menjadi pedoman hidup. Wartawan juga harus terus mengawal melalui berita-berita dengan menumbuhkan semangat syariat dalam masyarakat,” ungkapnya.

Ia juga meminta wartawan Aceh untuk mengembangkan diri dengan mengikuti kajian-kajian agama. “Wartawan juga harus mengisi diri dengan kajian agama seperti yang dilakukan selama ini. Pengajian rutin KWPSI setiap Rabu malam harus berjalan terus,” pesan H Sjamsul Kahar.

Pengurus KWPSI yang dilantik kemarin terdiri atas Azhari SSos (wartawan Antara Biro Aceh) sebagai ketua, Muhammad Saman SAg dari Harian Analisa (Sekretaris Jenderal), Munawardi Ismail dari Harian Waspada (Bendahara), Sulaiman SE dari Harian Rakyat Aceh (Juru Bicara), serta para pengurus lainnya.Ketua Panitia, Ridha Yuadi, mengatakan, acara yang diiringi dengan pemberian bantuan kepada anak yatim dari keluarga besar wartawan itu turut dihadiri Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman, Senator Aceh, Ghazali Abbas Adan, dan sejumlah tamu undangan lainnya.(mas)









<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-9698669690252837",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>

Selasa, 18 Desember 2018

Tu Sop Kembali Serahkan Kunci Rumah BMU 013 Untuk Warga Miskin di Jeunieb



Barisan Muda Ummat (BMU) Kembali menyerahkan bantuan rumah yang ke-13 untuk masyarakat miskin Muhammad Lidan Hasan (5) warga Gampong Jeumpa Sikureung Kecamatan Jeunieb Kabupaten Bireuen pada (18/12/2018) Selasa sore.

Penyerahan rumah dengan sandi 013 ini diserahkan langsung oleh Imam Besar Barisan Muda Ummat (BMU) Tgk. H. Muhammad Yusuf A Wahab yang biasa disapa Tu Sop Jeunieb seperti yang dirilis oleh Humas BMU Pusat Tgk. Al Fadhal.

Sebelumnya Muhammad lidan tinggal dirumah tidak layak huni beratap rumbia berdinding bambu dengan kondisi sangat memprihatinkan, profesinya sebagai buruh tani mencari upah sesuap nasi tidak memungkinkan untuk membangun istana baru mereka, apalagi akhir-akhir ini sering sakit-sakitan paska operasi kakinya, jangankan membangun rumah baru untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya saja tidak cukup.



Istrinya Rosmiati (36) tidak berputus asa hidup menderita seperti ini, dia tetap tegar memberikan semangat kepada sang suami dan ikut andil bekerja mencari upah di sawah warga untuk memenuhi kebutuhan hidup 5 anak-anak nya yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar itu. Sungguh sangat miris melihat sisi kehidupan keluarga ini.

Ketua Barisan Muda Ummat (BMU) Pusat Tgk. M. Yusuf Nasir sapaan akrabnya Abya Rahul Mudi mengatakan rumah BMU 013 ini merupakan rumah bantuan BMU pertama di Kecamatan Jeunieb yang dibangun dengan dana sumbangan masyarakat gerakan 10 ribu melalui donasi BMU Peduli Ummat.

“ Selama ini BMU membangun rumah dibeberapa kabupaten, walupun moyoritas penggerak BMU di Kecamatan Jeunieb (Jeunieb Raya) tetapi ini rumah BMU pertama ditempat kelahiran BMU”. jelasnya.

Dikatakan Abiya Donasi rumah BMU 013 mulai dibuka tanggal 16 Oktober s/d 27 Oktober 2018 selama 11 hari dengan total donasi yang masuk 28.913.000 dari 203 donatur termasuk uang dan beras segenggam dari masyarakat setempat, kebutuhan pembangunan rumah BMU 013 adalah 24.500.000 sisanya 4.413.000 telah diserahkan untuk pembangunan rumah BMU 014 di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen.

“ Dalam 11 hari pembukaan donasi rumah BMU 013 dana yang masuk melebihi target, sisanya telah diserahkan untuk rumah BMU 014 yang sedang dibangun di Peudada”. Tutup Abiya.

Sementara itu Imam Besar Barisan Ummat (BMU), Tgk. H. Muhammad Yusuf A Wahab Jeunieb dalam sambutannya mengatakan Hari ini kita lalai menunggu pengesahan APBA dan APBK oleh DPR, dana itu tidak akan mencukupi untuk semua rakyat, kita tidak menyadari bahwa rakyat mampu membangun sesuatu tanpa bantuan pemerintah, padahal pergerakan sosial yang kita bangun dalam BMU ini merupakan warisan Keunubah Endatu (leluhur) kita orang Aceh, salah satunya dalam kasus pembelian pesawat RI 001 yang menjadi ikon Aceh daerah modal Kemerdekaan RI.

“Ummat islam yang peduli dalam BMU belum sampai 500 orang, akan tetapi setiap bulan BMU membangun 1 rumah, kini sudah 14 rumah yang kita bangun bayangkan kalau jumlahnya ribuan orang”. Kata Tu Sop, Pimpinan Dayah Babussalam Al Aziziyah yang juga Ketua Himpunan Ulama Dayah(HUDA) Aceh ini.

Tu Sop menjelaskan pergerakan sosial yang ia bangun dalam BMU orang yang ikhlas dalam membantu, bukan untuk kepentingan pribadi, bukan persoalan miskin dan kaya, jika tidak mempunyai harta ajak yang lain.

“BMU merupakan tempat menjaring makhluk-makhluk yang sosial dimata Allah, hari ini yang sukses bukanlah sebuah rumah yang kita bangun, tetapi yang paling sukses adalah tegaknya perilaku sosial antara umat islam nilai amal nya lebih tinggi dari nilai amal rumah ini”, jelas Tu Sop yang juga Pimpinan Yayasan Dayah Bersaudara (YADARA).

Harapnya kedepan gerakan-gerakan seperti ini terus berjalan di Aceh hingga menjadi sebuah kekuatan yang menjadi solusi bagi umat yang membutuhkan. Semoga apa yang kita kerjakan hari ini akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Tutupnya.

Acara serah Terima kunci rumah BMU 013 dihadiri oleh salah satu donatur tetap BMU di Malasyia Nurjjannah yang sengaja pulang ke Aceh untuk tindakan lanjut kerja sama BMU dengan Komunitas Aceh Peduli di Malaysia beberapa waktu lalu. Berkat kerja sama ini terbentuklah Wanita Peduli Ummat (WPU). Yang membedakannya WPU para donaturnya adalah para wanita Aceh, dan bantuanya diprioritaskan untuk anak yatim dan janda miskin. (Al Fadhal: Humas BMU Pusat).

Kamis, 13 Desember 2018

Perkuat Dakwah dan Silaturrahmi, Tu Sop Isi Pertemuan Umat Islam yang Digagas Jama'ah Tabligh di Montasik


Beberapa hari lalu, 12 Desember 2018, tepatnya malam Kamis, Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab (Tu Sop) menghadiri undangan untuk mengisi Tausyiah pada pertemuan umat Islam yang digagas Jama'ah Tabligh di Cot Goh, Montasik Kabupaten Aceh Besar.  Dalam pertemuan ini, Tu Sop ikut bertemu dengan para pimpinan Jama'ah Tabligh. 

Dikutip dari akun Facebook Rahmat Riski Al-Abdy, dalam pertemuan ini Tu Sop mengatakan siap membantu membimbing segala kegiatan Dakwah Jama'ah Tabligh di Aceh dalam rangka memperkuat dan memperkokoh Aqidah Ahlusunnah wal Jama'ah di Aceh yang merujuk kepada Asya'irah dan Maturidiyah.

Sebagaimana diketahui, Aqidah Ahlusunnah wal Jama'ah  adalah aqidah yang berpijak pada Sunnah Rasulullah Saw dan Para Jama'ah, yaitu para sahabat Rasulullah Saw. Menurut Tu Sop suatu ketika, Aqidah Ahlusunnah wal Jama'ah  ini adalah paham yang paling professional dan proporsional dalam segala bidang. Maka hingga saat ini mayoritas umat Islam di dunia adalah pengikut aqidah Aqidah Ahlusunnah wal Jama'ah yang merujuk kepada Asya'irah dan Maturidiyah.

Dalam Konteks Aceh, kitab-kitab karya ulama Aceh dahulu di bidang tauhid juga menyebut bahwa Aqidah Ahlusunnah wal Jama'ah adalah merujuk kepada Asya'irah dan Maturidiyah. [Zulkhairi]






Sumber foto-foto: akun Facebook Rahmat Riski Al-Abdy






Senin, 26 November 2018

Tu Sop Terpilih Sebagai Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh Periode 2018-2023




BANDA ACEH - Tgk HM Yusuf A Wahab atau yang akrab disapa Tu Sop akan memimpin Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) untuk lima tahun ke depan. Kepastian itu diperoleh setelah Tu Sop meraih suara terbanyak pada pemilihan Ketua HUDA Periode 2018-2023, Minggu (25/11). Tu Sop akan menggantikan Tgk Hasanoel Basri HG atau Abu Mudi yang sudah berakhir masa jabatannya.

Pemilihan ketua itu merupakan rangkaian kegiatan dalam Musyawarah besar (Mubes) ke-3 organisasi tersebut di Hotel Grand Aceh Syariah, Lamdom, Banda Aceh, 24-26 November 2018. Selain pemilihan ketua, musyawarah itu juga diisi dengan seminar internasional, zikir akbar, dan bazar.

Dari lima calon yang ditetapkan presidium, Tu Sop meraih 20 dari 25 suara. Sementara lima suara tersisa masing-masing diperoleh Tgk Hidayat Waly tiga suara dan Tgk H Baihaqi Yahya dua suara. Sedangkan dua calon lain yaitu Tgk H Anwar Usman Kuta Krueng dan Tgk H Hasbi Albayuni tidak mendapat suara.


Pemilihan Ketua HUDA yang diikuti 300 peserta tersebut berlangsung tertib dan aman. Dalam pembahasan tata tertib pemilihan, sebagian besar peserta mubes menginginkan voting, sehingga proses pemilihan dilangsungkan melalui voting.

Tu Sop Jeunieb seusai ditetapkan sebagai ketua terpilih menyampaikan terima kasih kepada seluruh utusan wilayah kabupaten/kota yang sudah memberi amanah kepadanya untuk memimpin HUDA periode 2018-2023. “Ini merupakan amanah yang harus kita laksanakan bersama. Kesuksesan semua program dan agenda HUDA tak lepas dari kebersamaan,” ujar Tu Sop yang juga Pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb, Bireuen, kemarin.

Dibuka Plt Gubernur
Mubes HUDA ke-3 dibuka Plt Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT, Sabtu (24/11) malam. Dalam sambutannya Nova berharap mubes tersebut dapat menghasilkan suatu kesimpulan terbaik dan berguna bagi umat.

Ia juga mengapresiasi HUDA yang dalam kiprahnya sudah memberikan kontribusi untuk kemajuan Aceh di berbagai Bidang. “Selama ini hubungan HUDA dengan Pemerintah Aceh sudah berjalan dengan sangat baik,” ujarnya,

Karena itu, Nova meminta agar HUDA terus menjadi mitra pemerintah. Sebab, hubungan ulama dan umara menentukan nasib Aceh ke depan. Terakhir, Nova meminta Dinas Pendidikan Dayah Aceh agar terus bersinergi dengan HUDA dalam hal apapun. “Nasihat dan kritikan dari ulama adalah vitamin dan penyemangat bagi Pemerintah Aceh,” demikian Nova Iriansyah.

Wakil Ketua Panitia, Tgk Hasbi Al-Bayuni, melaporkan, dua hari pertama acara berlangsung di Hotel Grand Aceh Syariah Lamdom dan hari terakhir pindah lokasi di Markas Besar HUDA di Desa Bayu Lamcot, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar. “Rangkaian acara Mubes terdiri atas seminar internasional, pembahasan tata tertib mubes, pemilihan ketua baru, zikir akbar di Markas HUDA, dan bazar,” rinci Tgk Hasbi.


Tgk Hasanoel Basri HG (Abu Mudi Samalanga) dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Aceh dalam hal ini Dinas Pendidikan Dayah Aceh yang sudah memfasilitasi hingga terselenggaranya Mubes HUDA yang ketiga. Abu Mudi berharap mubes tersebut bisa berjalan dengan sukses dan melahirkan pokok-pokok pikiran dari ulama Dayah untuk membangun agama, bangsa, dan negara dengan lebih baik dari yang sebelumnya.


Kadis Pendidikan Dayah Aceh, Usamah El-Madny SAg MM, mengatakan Dinas Pendidikan Dayah Aceh didirikan berkat dorongan dari ulama-ulama karismatik Aceh dari dayah. Karena itu, menurutnya, Dinas Pendidikan Dayah Aceh sangat mendukung kegiatan-kegiatan yang memperteguh eksistensi ulama dayah di Aceh seperti Mubes HUDA kali ini.

Hadir dalam musyawarah tersebut, antara lain, Tgk Baihaqi Yahya (Baba Panton), Tgk Muhammad Yusuf A Wahab (Tu Sop Jeunieb), Tgk Tajuddin (Abi Lampisang), Tgk H Faisal Ali, Tgk Muhammad Amin Daud (Ayah Cot Trueng), Abiya Anwar Kuta Krueng, serta sejumlah ulama lainnya dan PW HUDA dari 23 kabupaten/kota se-Aceh.

Seminar
Sebelumnya, dalam seminar pada pagi kemarin, Tu Sop menyampaikan materi tentang ulama dan masyarakat Aceh yang konsisten berpegang teguh dengan Ahlussunnah wal Jamaah. Dia menceritakan perjuangan ulama setelah kemerdekaan yang menyebarluaskan pendidikan ke seluruh Aceh melalui dayah dan rangkang. “Ulama membimbing semua aspek mulai dari akidah, fikih, dan tasawuf,” ungkap Tu Sop.

Bahkan pada masa pascapenjajahan itu, lanjut Tu Sop, dayah mampu bertahan dengan semangat keikhlasan tanpa biaya apa pun. Dakwah tetap bisa berjalan meskipun sulit. “Lalu muncullah tafrid (liberalisme) dan ifrad (radikalisme) yang berbenturan di tengah masyarakat. Dua aliran ini saling bertentangan sehingga saling menghujat di antara sesama mereka,” katanya lagi.

Maka pada saat itu, kata Tu Sop, para ulama mengambil posisi menjaga keseimbangan dengan mazhab Ahlussunnah wal Jamaah yang sampai silsilah keilmuannya kepada Rasulullah saw. “Para ulama konsisten menjaga keseimbangan antara liberalisme sebagai ekstrem kiri dan radikalisme esktrem kanan,” jelasnya.


Tu Sop mengatakan, ulama merasa prihatin terhadap fenomena hari ini di mana Ahlussunnah wal Jamaah sebagai paham yang moderat, tidak diikuti oleh kader-kader terbaik negeri. Maka solusi yang harus ditempuh, katanya, yaitu melakukan ekspansi dakwah dan mengubah pola pemikiran. “Karena persoalan ini terjadi karena tidak ada kekuatan yang memadai terhadap dunia pendidikan. Inilah tugas terbesar yang harus kita revitalisasi,” demikian Tu Sop. (fit/jal)







[Wawancara dengan Media] Tu Sop: HUDA Tak Persoalkan Afiliasi Politik Ulama

Tgk HM Yusuf A Wahab atau yang akrab disapa Tu Sop terpilih sebagai Ketua Umum Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) dalam musyarawah besar (mubes) ke-3 organisasi itu, Minggu (25/11). Pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb, Bireuen, ini akan menahkodai HUDA selama lima tahun ke depan, menggantikan Tgk Hasanoel Basri HG atau Abu Mudi yang sudah berakhir masa jabatannya.

<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-9698669690252837",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>

Pada Senin (26/11) Serambi secara khusus mewawancarai Tu Sop di Kantor Sekretariat Pengurus Besar (PB) HUDA Aceh di Banda Aceh. Tu Sop tak menampik bahwa saat ini ada sejumlah santri dayah, teungku-teungku, pentolan dayah, hingga ulama dayah mulai terlibat dalam politik praktis. Mereka secara terang-terangan menampakkan afiliasi politik, mendukung calon wakil rakyat hingga calon presiden dan wakil presiden dalam kontestasi politik 2019 nanti.

Lalu, apa tanggapan Tu Sop selaku representatif ulama dayah di Aceh terkait hal t itu. Berikut cuplikan wawancara eksklusif Tu Sop dengan Subur Dani, jurnalis Harian Serambi Indonesia.




http://aceh.tribunnews.com/2018/11/27/tu-sop-huda-tak-persoalkan-afiliasi-politik-ulama.

<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-5514929069409937",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>

Minggu, 11 November 2018

Mubes HUDA ke III Akan Perteguh Eksistensi Ulama dalam Merevitalisasi Peradaban Islam



Tusop.com, Banda Aceh - Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) akan menggelar Musyawarah Besar (Mubes) ke III dalam rangka pemilihan ketua baru periode 2018 - 2023.

Kegiatan yang akan berlangsung pada tanggal 24 sampai dengan 26 November 2018 ini mengambil tema "Memperteguh Eksistensi Ulama Dayah dalam Merevitalisasi Peradaban Islam".

Hal tersebut disampaikan Ketua Panitia Mubes, Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab yang akrab disapa Tu Sop Jeunieb, Senin, (12/11).

Tu Sop mengatakan, tema ini diambil atas dasar bahwa peradaban Islam diperjuangkan oleh Rasulullah Saw. Dan peradaban ini merupakan manifestasi dari _Rahmatan lil 'alamin_.

"Pimpinan tertinggi yang meletakkan fondasi peradaban Islam ini adalah Rasulullah Saw. Sementara ulama adalah pewaris para Nabi. Ulama merupakan pemangku utama tongkat estafet perjuangan Rasulullah Saw lewat kekuatan dakwahnnya, " ujar Tu Sop yang juga Ketua I HUDA ini.

Sementara itu, Sekretaris Panitia Mubes, Tgk. H. Faisal Ali menjelaskan, Mubes ke III yang akan dihadiri mencapai 500 peserta dan undangan umum ini berlangsung selama tiga hari.

Selama dua hari berlangsung di Grand Aceh Hotel dan hari terakhir berlangsung di Markas Besar HUDA yang satu kompleks dengan Dayah Thalibul Huda pimpinan Tgk Hasbi Albayuni di Desa Bayu Lamcot Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar.

"Rangkaian acara Mubes yaitu seminar internasional, pembahasan tata tertib Mubes, pemilihan ketua baru, Zikir Akbar di Markas HUDA dan bazar, " kata Tgk. H. Faisal Ali yang juga Wakil Ketua MPU Aceh ini.

Untuk pemateri seminar, kata ulama yang akrab disapa Abu Sibreh ini, panitia mengundang Profesor Emeritus Dato' Dr. Sayyed Muhammad Aqiel, Guru Besar pada Universiti Islam Sultan Syarif Ali (UNISSA) Brunei Darussalam. Beliau InsyaAllah akan menyampaikan makalah dengan tema "Eksistensi Ilmu dan Ulama Dalam Memperkokoh Peradaban Islam".

Sementara pembicara kedua, tambah Abu Sibreh, yaitu Ketua HUDA, Tgk. H. Hasanul Basry (Abu Mudi). Beliau akan menyampaikan materi dengan tema "Peran Penting _Beuet Seumeubeut_ dalam Memperkokoh Eksistensi Peradaban Islam". [Zulkhairi]

Sabtu, 13 Oktober 2018

Tu Sop Sampaikan Kesuksesan Sirul Mubtadin di Depan Ratusan Pengurus Majlis Ta’lim se-Sumatera


Banda Aceh – Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab yang akrab disapa Tusop mengatakan bahwa Majlis Ta’lim merupakan kekuatan paling penting yang dimiliki umat Islam. Sebab, majelis ta’lim ini bergerak pada inti kekuatan ummat, yaitu bidang pendidikan. Majelis ta’lim berperan dalam mendidik ummat untuk memahami fardhu ‘ain dan fardhu kifayah.

Hal tersebut disampaikan Tu Sop saat mengisi materi pada rapat Koordinasi Wilayah dan Pelantikan Pengurus Wilayah Badan Kontak Majlis Ta’lim (BKMT) Aceh periode 2018-2022 yang berlangsung di Aula Kantor Gubernur Provinsi Aceh, Sabtu siang, 13 Oktober 2018.

Rakor BKMT ini dihadiri lima ratusan pengurus BKMT se Indonesia, seperti Sumatera Barat, Riau dan sebagainya. Dalam materinya ini, Tu Sop memaparkan tentang kesuksesan Majlis Ta’lim Sirul Mubtadin yang kini telah memiliki anggota melebihi 30 ribu anggota dan secara aktif menyelenggarakan berbagai kegiatan ta’lim.

“Meskipun pemerintah belum hadir sepenuhnya sebagaimana seharusnya mereka hadir sebagai pemerintah. Tapi kita terus bergerak dengan kesadaran penuh dari masyarakat. Ini bisa dicontohi dalam bagaimana membangun sebuah jaringan majelis ta’lim, “ ujar Tu Sop.

Tusop juga menyampaikan, majelis ta’lim mampu hadir untuk mendorong kekuatan kekuasaan untuk berperan ekstra untuk kepentingan Islam. Atau kita harus melahirkan pemimpin yang peduli pada urusan ta’lim sehingga bisa memperkuat memperkuat Islam.

Selain Tu Sop, juga hadir pembicara lain yaitu Prof. Eka Srimulyadi dari UIN Ar-Raniry dan Dr. Munawar A. Djalil, MA, mantan Kepala Dinas Syari’at Islam Provinsi Aceh.

Seusai menyampaikan beberapa pemikirannya, di sesi tanya jawab peserta dari berbagai Provinsi nampak bertanya secara antusias kepada Tu Sop dan pemateri lainnya. [teukuzulkhairi]

Comments System

Disqus Shortname

Diberdayakan oleh Blogger.