(Catatan Pemikiran Politik Tgk H. M. Yusuf Abdul Wahab)
Tgk H. M. Yusuf Abdul Wahab / Tu Sop |
Tusop.com - Bagi saya,
politik memang bukan sesuatu yang asing. Jauh sebelum saya dilahirkan, politik
sudah dulu masuk ke dalam rumah tempat saya dilahirkan dan dibesarkan.
Diskusi-diskusi politik kerap menjadi hiasan bibir orang-orang yang bernaung di
bawah atapnya. Rumah ‘santeut’ –istilah orang Aceh– yang terletak tak jauh dari
stasiun kereta api Jeunieb itu menjadi saksi keseriusan orang tua saya bersama
teman-teman seperjuangannya mendiskusikan berbagai dinamika politik yang
berkembang saat itu. Orang tua saya, Tgk H. Abdul Wahab Hasballah – Abu, begitu
kami (anak-anak beliau) biasa menyapa-, cerita orang-orang, sudah aktif
berpolitik sebelum saya belum lahir. Saat itu beliau masih berjihad politik dibawah
panji sebuah partai politik yang kala itu menjadi tempat bernaung mayoritas ulama
dayah Aceh, Partai Tarbiyah (Perti).
Tgk H. Abdul Wahab (Ayahanda Tu Sop) |
Sebagai
murid yang kerap mendapat ideologi langsung dari Abuya, orang tua saya, Abu, ikut
terdorong untuk memberikan perhatian serius pada politik. Dan kala itu, Abu
bergabung dengan partai Perti. Untuk membesarkan partai inilah, Abu bersama
teman-teman seperjuangannya berjuang keras sesuai kemampuan yang ada. Beliau
kerap ikut dalam berbagai diskusi dan kegiatan-kegiatan politik kepartaian.
Sejak saya
masih kecil, saya kerap melihat Abu duduk bersama teman-teman seperjuangan yang
mayoritasnya pimpinan dayah membahas agenda politik. Mereka kerap duduk
berdiskusi di teras rumah kami atau balai di depan rumah tempat para santri belajar.
Kadangkala mereka berdialog dengan cukup serius hingga kening mengerut. Kertas-kertas
bergambar mesjid dan bertulis “Perti” yang berserekan di halaqah majlis membuat
suasana semakin ramai. Mereka berpikir keras bagaimana mengatur strategi untuk
memenangkan partainya pada setiap agenda politik. Terkadang, diskusi mereka
mengalir ringan dan santai sembari bercerita yang sesekali dibumbui canda tawa
yang menggelegar. Mengingat momen itu, ingin sekali rasanya berada kembali
duduk diantara mereka.
Ada banyak
orang yang kerap bergabung mendiskusikan Perti saat itu. Namun saat itu, masih
terlalu sulit bagi saya untuk menghafal setiap nama dan wajah mereka
dikarenakan faktor umur saya yang masih belia saat itu. Yang saya kenal baik
diantara mereka yang kerap bergabung dalam forum adalah Tgk Sya’wab Samalanga
dan paman saya sendiri yang juga pimpinan Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Ma’had
Ulum Diniyah Islamiah (MUDI) Mesjid Raya, Samalanga kala itu, Tgk H. Abdul Aziz
Muhammad Saleh yang biasa disapa Abon Samalanga. Selebihnya, saya tidak terlalu
mengenalinya.
Bersambung...
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar