TUSOP.COM, Jeunieb - “Bagi orang
beriman, dunia tidak diciptakan sebagai tempat berbangga-bangga dengan segala
pujian dan sanjungan dari orang-orang disekeliling kita. Tetapi dunia adalah medan
perjuangan untuk menggapai keridhaan-Nya yang harus dimenangkan walaupun harus
mengarungi lautan fitnah, celaan dan cemoohan dari seluruh manusia di muka bumi
sekalipun. Maka jangan pernah panik saat dihujani fitnah. Jangan goyah saat
diterpa celaan dan cemoohan. Karena sebaik dan sesempurna apapun seorang
manusia, tetap saja ia tidak akan pernah pernah disukai oleh semua orang”
Begitulah pesan
Tgk H. M. Yusuf Abdul Wahab, sosok yang oleh para santri biasa disapa Ayah Sop,
kepada para santrinya dalam pengajian rutin di dayah Babussalam Al-Aziziyah
Jeunieb, Kabupaten Bireuen, Ba’da Ashar, Minggu, 30 Oktober 2016. Pengajian yang
diikuti oleh santri-santri senior dan dewan guru Dayah Babussalam Al-Aziziyah
Jeunieb ini mengkaji salah satu kitab agung karya Hujjatul Islam, Imam
Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin.
Lebih lanjut
sosok yang oleh masyarakat luas biasa dipanggil Tu Sop Jeunieb ini juga
mengingatkan bahwa dunia ini tidak akan pernah steril dari fitnah memfitnah. Sejak
era Rasulullah saw hingga sekarang, virus ini selalu membayang-bayangi umat. Terlepas
dari kronis tidaknya. Yang jelas ia selalu ada.
“Jangankan
diera kita yang sudah begitu jauh dari era terbaik dalam perjalanan umat, yaitu
era Rasul dan Sahabat, pada era Rasulullah saja fitnah memfitnah ini sudah ada.
Bahkan Rasulullah saw sendiri kerap menjadi sasaran fitnah kaum jahiliyah yang
merasa terganggu dengan kehadiran Rasul membawa misi ilahiyah. Jika Rasulullah
saja difitnah, mengapa kita harus panik saat difitnah. Bukankah kita hanya
manusia biasa yang sangat jauh dari kesempurnaan yang dimiliki Rasulullah?”,
tanyanya menegaskan.
Terkait
persoalan fitnah, Ayah Sop menyakinkan, bahwa sejatinya fitnah sama sekali
tidak berbahaya bagi yang terkena fitnah, tetapi ia sangat beresiko bagi yang
melakukannya. Fitnah tidak akan mampu merubah yang baik menjadi buruk. Kebaikan
akan bernilai kebaikan walupun manusia sepakat mengatakannya kejahatan. Dan yang
buruk tetap saja buruk walaupun semua manusia bersepakat mengatakannya baik.
“Maka dari
itu, kita harus tetap komit pada kebaikan walau sedang berada dalam pusaran
fitnah. Hadapi fitnah dengan senyum. Balaslah fitnah itu dengan memanjatkan doa
kepada Allah agar mereka yang terjebak didalamnya insaf dan kembali ke jalan
yang lurus. Jangan panik menghadapi fitnah sehingga menyeret kita dalam
perilaku yang sama jahatnya. Apalagi membalas fitnah dengan caci maki. Sebab
jika demikian dimana bedanya kita dengan mereka?”, ajar sosok yang pernah
belajar pada Syeh Sayed Muhammad Ali, Mekkah Al-Mukarramah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar