Senin, 06 Februari 2017

Biografi dr Pur, Sosok Dokter Yang Profesional dan Idealis


 
Bagi saya, mendorong perubahan yang lebih baik bagi masyarakat Bireuen adalah sebuah panggilan nurani, walaupun harus mundur dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), meninggalkan semua kenyamanan dan pendapatan yang jauh lebih besar saya peroleh sebagai seorang dokter spesialis adalah konsekuensi yang tidak seberapa bila dibandingkan dengan peluang perubahan yang insya Allah mampu saya lakukan jika berada dalam sistem

*Purnama Setia Budi*


Dokter Yang Profesional dan Idealis

            Tusop.com | Sebagai seorang dokter, dr. Purnama Setia Budi, Sp OG sedikit berbeda dari kesan dokter pada umumnya. Hal ini dapat dilihat dari kesehariannya, baik selama menjalani profesinya selaku dokter, maupun saat bersosialisasi dengan beragam aktifitasyang ditekuninya. Kesan tersebut tersirat dari sejumlah pengakuan para sahabat dan pasien yang pernah berhubungan dengan beliau. Selain dianggap ramah dan profesional, dr. Purnama juga dinilai sangat peduli dengan masalah-masalah sosial dan isu-isu kesehatan dan tata pemerintahan.
           

            Selama menjalankan tugasnya di Bireuen, dr. Purnama kerap terlibatdalam beragam kegiatan sosial seperti kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan gratis bagi warga tidak mampu, sunatan gratis bagi anak yatim dan kurang mampu, mendukung aktifitas para relawankemanusiaan dan taman baca anak, sampai mengisi sejumlah acara sosialisasi kesehatan bagi para ibu-ibu. Hal ini tidak saja ditekuni selama beliau menjadi dokter, bahkan saat menyandang status sebagai mahasiswa kedokteran pun dr Purnama telah dikenal sebagai sosok aktivis yang begitu peduli dengan isu-isu kesehatan dan kemanusiaan.


            Kepedulian terhadap persoalan dan nilai-nilai kemanusian membuatnya dekat dan sering mengisi ruang-ruang diskusi bersama para aktivis sosial. Hal ini yang kemudian menguatkan tekatnya untuk masuk ke dalam sistem, untuk terlibat langsung merubah sistem birokrasi dan program sehingga pembangunan di Bireuen dapat lebih berpihak pada orang-orang kurang mampu dan terpinggirkan dari pembangunan.


            Pilihan ini tentu tidak mudah, di satu sisi ada desakan nurani untuk terjun langsung ke dalam sistem guna mendorong perubahan yang lebih baik, tapi disisi lainnya harus berkorban dengan meninggalkan semua kenyamanan yang telah dinikmatinya sebagai seorang dokter. Pilihan-pilihan ini tentu menyulitkan bagi orang lain, akan tetapi berbeda bagi dr. Purnama.


            “Bagi saya, mendorong perubahan yang lebih baik bagi masyarakat Bireuen adalah sebuah panggilan nurani, walaupun harus mundur dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), meninggalkan semua kenyamanan dan pendapatan yang jauh lebih besar saya peroleh sebagai seorang dokter spesialis adalah konsekuensi yang tidak seberapa bila dibandingkan dengan peluang perubahan yang mampu dilakukannya jika berada dalam sistem, “ ujar dr Pur kepada redaksi Arus Kebaikan via Whatsapp, Senin, (6/2/2017).


            Keyakinan tersebut semakin tumbuh dan kuat ketika beliau bertemu dengan sosok karismatik Tgk. H.M Yusuf Abdul Wahab (Ayahanda Tu Sop), kesamaan pandangan politik dan visi pembangunan yang beliau temukan pada ayahanda Tu Sop makin memperteguh tekat dan keyakinannya untuk terjun ke politik. Alhasil, Tu Sop dan dr Pur merupakan sebuah kombinasi yang langka ditemukan pada pemimpin-pemimpin yang telah ada selama ini
           
            “Bagi saya, sosok ayahanda Tu Sop bukan sekedar seorang Ulama, ayahanda Tu Sop adalah perpaduan antara intelektual dan ulama, “ kata dr Purnama.


*Anak Mantan Anggota DPRK Aceh Utara*
            Lahir di Gampông Jawa Lama, Lhokseumawe pada 5 Maret 1978, sebagai anak bungsu dari enam bersaudara yang berasal dari pasangan sederhana. Bapak saya Alm. M Nurdin, kelahiran desa geudong geudong, Kota Juang, adalah seorang mantan prajurit RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat), kesatuan elit yang sekarang disebut Kopassus.

            “Sedangkan ibu saya Alm. Maimunah Ibrahim, kelahiran Peudada, adalah seorang guru di Sekolah Menengah Atas, dan sempat pula menjadi anggota DPRK Aceh Utara dua periode (1994-2004) mewakili DAPIL Peudada saat Bireuen masih bersama kabupaten Aceh Utara. Dari kedua orang tua, saya memperoleh didikan ilmu-ilmu agama dan kedisiplinan yang kuat, sehingga membuat saya berhasil menyelesaikan pendidikan dokter dan menjadi pelayan masyarakat di bidang kesehatan sampai saat ini, “ ujar dr Pur.

            dr Pur mengatakan, ia merasa cukup beruntung mendapatkan pendidikan yang cukup sejak masa kecil, dikarenakan memiliki orang tua yang sangat memperhatikan pendidikan. Dimulai dari pendidikan dasar di SD Negeri 2 Lhokseumawe, dilanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Lhokseumawe dan kemudian SMA Negeri 1 Lhokseumawe.

            “Praktis masa kecil saya lalui di kota yang terkenal dengan julukan “Petrodollar” ini, yang saat itu merupakan ibukota bersama kabupaten Bireuen dan Aceh Utara sebelum dimekarkan. Tak berbeda jauh dari anak-anak lain, dimasanya saya juga aktif terlibat dalam kepanduan Pramuka dan aktif terlibat dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sebagai ketua.

            dr Pur mengatakan, ia bersyukur Alhamdulillah karena setamat dari SMA ia mendapatkan undangan untuk melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK-USU) Medan.

            “Selama perkuliahan pula saya melibatkan diri aktif di sejumlah organisasi, diantaranya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) FK-USU, PEMA USU, ISMKI (Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia), KMPAN ( Komite Mahasiswa Pemuda Aceh Nusantara), IPTR (Ikatan Pemuda Tanah Rencong) dan juga Sekjend di Kelompok Aspirasi Mahasiswa FK-USU. Selama pendidikan di medan saya tinggal di Asrama mahasiswa Aceh dan pesantren Miftahussalam di bawah pimpinan Abu Syihabuddin Syah atau yang sering dikenal dengan Abu keumala. Dan selesai pendidikan kedokteran pada 2004, saya pun memilih pulang mengabdi di kabupaten Bireuen, kampung halaman saya, “ ujar dr Pur bercerita.

Memulai kehidupan di Bireuen, selain menjadi dokter di RSUD dr. Fauziah, dr Pur juga
pernah menjadi pengurus KNPI Kabupaten Bireuen pada (2007-2010), dan ikut terlibat dalam
team relawan kemanusiaan bencana tsunami pada 2004 lalu.

            “Pada tahun 2007, saya kemudian melanjutkan pendidikan spesialis Obstetri danGinekologi di Universitas Sriwijaya (UNSRI) Palembang. Selesai pendidikan pada 2012, saya langsung kembali bertugas RSUD dr. Fauziah sebagai ahli kandungan sampai sekarang, “ ujar dr Pur. [bahri/arus kebaiakan]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comments System

Disqus Shortname

Diberdayakan oleh Blogger.